Pengertian Apa Itu Costumer To Costumer (C2C)? | www.depokwebsite.com
Pengertian Apa Itu Costumer To Costumer (C2C)?
Daftar Isi
1. Pengertian Apa Itu Costumer To Costumer (C2C)?
3. Kekurangan Model Bisnis C2C
4. Contoh Bisnis C2C di Indonesia
5. Faktor Penentu Kesuksesan Model Bisnis C2C
Costumer to costumer (C2C), pelanggan ke pelanggan, atau konsumen ke
konsumen, adalah model bisnis yang memfasilitasi transaksi produk atau
layanan antar pelanggan.
Konsumen ke konsumen, atau C2C, adalah model bisnis yang
memfasilitasi perdagangan antara individu pribadi.
Baik itu untuk barang atau jasa, kategori e-commerce ini
menghubungkan pelanggan untuk melakukan bisnis satu sama lain. Tiga
kategori e-commerce lainnya
adalah B2B (business
to business), C2B (customer to business) dan B2C (business
to customer).
Contoh kuat transaksi C2C adalah bagian iklan baris di
surat kabar, atau lelang. Dalam kedua kasus tersebut, pelanggan – bukan
perusahaan – menjual barang atau jasa kepada pelanggan lain.
Versi yang lebih berteknologi tinggi dari ini adalah munculnya aplikasi
seperti le tgo dan OfferUp yang memungkinkan konsumen
untuk menjual ke tetangga mereka. Letgo menawarkan 75 juta unduhan dan 200
juta daftar sejak 2015.
Tujuan dari C2C adalah untuk memungkinkan hubungan interaksi antara pelanggan, membantu
pembeli dan penjual menemukan satu sama lain.
Pelanggan dapat memperoleh manfaat dari persaingan produk dan dengan
mudah menemukan produk yang mungkin sulit ditemukan.
Berkat internet, perusahaan perantara yang lebih besar telah mendorong
lebih banyak interaksi C2C.
Contoh C2C yang paling menonjol termasuk BukaLapak, situs lelang online, dan juga
Amazon, yang bertindak sebagai pasar B2C dan C2C. eBay telah sukses
sejak diluncurkan pada tahun 2010, dan selalu menjadi C2C.
Siapapun dapat mendaftar dan mulai menjual atau membeli, memberikan gema
penjualan kepada konsumen dalam revolusi e-commerce.
Tokopedia adalah situs terkenal lainnya di mana orang dapat membeli
dan menjual barang, serta layanan perdagangan. Dengan lebih dari 129 juta
tampilan halaman per bulan, menurut Uzone, situs market place ini menciptakan nuansa
komunitas dalam model bisnis C2C.
Tokopedia tidak memfasilitasi pembayaran atau pemrosesan uang, namun –
itu hanya memfasilitasi hubungan, baik antara pemilik barang dan pembeli
potensial, atau seseorang yang mencari layanan tertentu dan ahli yang dapat
menyediakannya.
Bahkan Facebook Marketplace
ikut bersenang-senang. Sekarang digunakan oleh 800 juta orang di 70
negara, dan hanya menghubungkan Anda dengan orang-orang di lokasi yang tepat.
Menurut CEO Mark Zuckerberg, satu dari tiga orang menggunakan platform
tersebut. Popularitasnya mungkin dikaitkan dengan fakta bahwa market place
ini gratis, ketika layanan lain, seperti eBay, mengambil biaya transaksi
10 persen untuk penjualan.
C2C memiliki beberapa manfaat bagi pengguna. Ada biaya minimal yang
terlibat dengan kurangnya pengecer dan grosir,
menjaga margin lebih tinggi untuk penjual dan harga lebih rendah untuk pembeli.
Ada juga faktor kenyamanan –
alih-alih mencoba menjual barang secara langsung di toko fisik, konsumen cukup
mendaftarkan produk mereka secara online dan menunggu pembeli
datang. Pembeli tidak perlu berkeliling dan mencari barang yang mereka
inginkan di toko – mereka hanya mencarinya di situs C2C.
Layanan juga tersedia untuk dijual melalui program C2C tertentu.
Platform seluler telah membuka bidang C2C dengan sejumlah aplikasi layanan
khusus. Airbnb adalah platform yang memungkinkan pengguna memposting tempat
tinggal mereka untuk penginapan jangka pendek kepada pengguna lain dengan tarif
per malam.
Fiverr memungkinkan pengguna untuk memposting layanan sewa
pribadi serendah $5. Layanan ini berkisar dari memberikan nasihat keuangan hingga desain
grafis.
Sebagian
besar situs C2C menghasilkan uang dari biaya atau komisi yang
dibebankan kepada penjual untuk mendaftarkan barang yang akan dijual.
Situs C2C bertindak hanya sebagai perantara, mencocokkan pembeli dengan penjual,
dan mereka memiliki sedikit kendali atas kualitas produk yang
dijual. Gopay, Ovo, Dana dan e-Money lainnya adalah platform transfer
uang yang sering digunakan untuk memfasilitasi transaksi penjualan C2C,
biasanya mengenakan biaya transfer yang kecil. Tetapi pasar ini juga
berkembang, berkat munculnya platform pembayaran C2C
seperti Venmo dan Google Pay .
Perusahaan C2C sering mencoba untuk mencegah penjualan barang atau jasa
ilegal, seperti CD bajakan atau obat-obatan dengan kebijakan penjualan yang
komprehensif. Pelanggaran terhadap kebijakan dapat mengakibatkan pelarangan
pengguna untuk menggunakan platform lebih lanjut.
Tapi C2C bukan tanpa masalah. Pembayaran kartu kredit bisa jadi sulit, karena platform
belum tentu aman dan mampu memproses pembayaran tersebut. Ada kurangnya kontrol
kualitas – karena penjual adalah konsumen itu sendiri.
Di sisi lain, karena pembeli adalah konsumen itu sendiri, jaminan
pembayaran bisa sulit ditegakkan, oleh karena itu umumnya perusahaan C2C
menggunakan rekening Escrow, kecuali OLX yang tidak menggunakan
sistem pembayaran langsung.
Perlu juga dicatat bahwa platform C2C bisa penuh dengan
penipuan. Oportunis telah menemukan solusi untuk mengambil keuntungan dari
orang lain.
Jika menggunakan platform C2Chttps://www.depokwebsite.com/ hati-hati untuk penjual yang tidak
dapat menjawab pertanyaan rinci tentang barang yang dijual, menekan Anda untuk
segera membeli, tidak akan menerima uang tunai atau bertemu langsung.
Kelebihan Model Bisnis C2C
Ada beberapa
keuntungan dari bisnis model C2C, antara lain sebagai berikut
·
Tidak wajib memiliki toko fisik (misalnya toko online)
·
Modal dan biaya rendah
·
Tidak perlu memikirkan biaya sewa, kantor, perlengkapan kantor
serta gaji.
·
Potensi margin yang tinggi
·
Tidak memerlukan tim atau karyawan
·
Menjadikan perorangan atau individu untuk memiliki bisnis kecil
secara cepat.
·
Mudah untuk memperluas jaringan dan pasar, terutama lewat online
·
Jika terjadi kerugian, nilainya tidak akan terlalu besar
·
Interaksi terjadi secara langsung
·
Mudah untuk mendapatkan kepercayaan pembeli
·
Pembeli diuntungkan karena diberikan pilihan produk dan harga
yang bervariasi.
·
Penjual diuntungan dengan profitabilitas yang tinggi serta biaya
overheat yang sedikit.
Kekurangan Model Bisnis C2C
Ada beberapa
kerugian dari bisnis model C2C, antara lain sebagai berikut
·
Metode pembayaran bervariasi tergantung keinginan pembeli
·
Pembeli lebih sulit memastikan kualitas produk, terlebih jika
dijual secara online
·
Banyak para pelaku curang sehingga mencoreng citra baik para
penjual C2C yang jujur
·
Resiko ancaman penipuan dari penjual ataupun pembeli
·
Persaingan sangat banyak dan ketat
·
Berpotensi ketergantugan terhadap suatu flatform
·
Resiko komplain yang langsung mengarah ke penjual
Perbedaan C2C dan B2B
Perbedaan
Customer to Customer (C2C) dan Business to Business (B2B) dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Perbedaan C2C dan B2B umumnya yaitu C2C dilakukan oleh
perseorangan (customer) atau tim kecil yang menawarkan produknya ke sesama
customer.
Sedangkan
B2B merupakan usaha bisnis sedang hingga besar, yang memiliki banyak karyawan
dan biasanya memiliki badan instansi. Target marketnya pun berbeda, yaitu
sesama pelaku bisnis lainnya. Misalnya perusahaan kain yang menjual produk ke
perusahaan baju.
C2C lebih
erat dengan customer atau pelanggan akhir, sedangkan B2B lebih dekat dengan
sektor industri.
Contoh Bisnis C2C di Indonesia
1. Marketplace
Dalam sistem
e-commerce dikenal istilah marketplace. Marketplace ini menjadi pelantara
antara para customer dengan customer untuk saling bertransaksi. Contoh
marketplace besar di Indonesia meliputi Tokopedia, Shopee, Bukalapak dan lain
sebagainya.
2. Direct Selling
Direct
selling yaitu salah satu bisnis yang menawarkan langsung produk ke pembeli.
Entah itu secara door to door atau online melalui aplikasi instant messagging.
Biasanya penjual menawarkan produk ke teman, saudara, atau kontak kenalan
secara langsung. Ini juga salah satu jenis bisnis C2C yang paling umum.
3. Selling on
Community
Dalam sebuah
forum, misalnya grup diskusi. Penjual menawarkan produk ke anggota. Jika
terjadi transaksi, ini masuk ke dalam model bisnis C2C dimana sesama anggota
dalam komunitas tersebut bertransaksi.
4. Selling on Social
Media
Yaitu
berjualan di akun sosial media pribadi. Jika ada teman atau followers yang
membeli ini juga termasuk C2C. Selain akun media sosial, akun instant mesagging
juga termasuk.
5. Offline Store
Kecil
Penjual yang
memiliki toko kecil, seperti penjual pulsa, kerajinan, produk hobi dan
menawarkannya ke pembeli langsung juga termasuk C2C.
Faktor Penentu Kesuksesan Model Bisnis C2C
Bagi anda
yang ingin terjun kedunia bisnis C2C, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
agar bisnis yang anda jalani sukses, antara lain
1. Target Market
Walaupun
bisnis C2C memiliki market yang kecil, namun perlu
pemilihan target market yang tepat. Jika kita salah memiliki target market maka
kemungkinan produk tidak laku sangatlah besar.
Sebagai
contoh kita menjual sebuah jam tangan mewah, jika kita menjual ke karyawan
dengan gaji UMR tentu kemungkinan lakunya sangat kecil. Coba kita cari target
market yang lebih tepat, misalnya ke pengusaha, pemilik bisnis ataupun orang
yang memiliki penghasilan besar. Tentu kita akan lebih mudah menjual jam tangan
mewah tersebut.
2. Kepercayaan
Kepercayaan
merupakan dasar konsumen untuk membeli sebuah produk dalam model bisnis C2C.
Jika mereka percaya, kita sangat mudah menjual produk apapun. Contohnya seorang
mentor terkenal, ketika mereka menawarkan buku kepada para audiencenya, maka
dengan cepat buku tersebut terjual jika audience tersebut sudah percaya dengan
keahlian sang mentor.
Lantas
bagaimana cara membangun kepercayaan?
Banyak cara,
misalnya memberikan garansi, memperlihatkan testimoni, bersedia untuk melakukan
COD (cash on delivery), dan tentunya menjaga reputasi kita agar selalu terlihat
baik oleh target audience.
3. Metode Pembayaran
Tidak semua
pembeli mengerti metode pembayaran. Ada yang hanya mengerti sistem cash tunai,
ada yang hanya memiliki satu rekening atau hanya memiliki satu dompet digital.
Jadi kita
lebih sulit mengontrol metode pembayaran, maka dari itu sebaiknya kita memiliki
semua metode pembayaran agar mempermudah dan mempercepat mereka untuk
transaksi.
4. Teknik Marketing
Salah satu
ujung tombak kesuksesan membangun bisnis C2C yaitu marketing. Selain marketing
door to door offline, kita harus gencar promosi dengan memanfaatkan media
digital, istilah kerennya Digital Marketing.
Jualan
secaar online lebih murah, mudah dan cepat. Anda wajib mencoba dan mempelajari
berbagai channel marketing, entah itu organic marketing maupun paid marketing.
Mulai dari SEO, SEM, Social Media Marketing, dan lain sebagainya.
5. Riset
Sebelum
terjun, sebaiknya riset terlebih dahulu. Mulai dari riset pasar, potensi,
kompetitor, harga, dan hal inti lainnya. Ini penting agar anda tidak tersesat
dan meminimalisir resiko kegagalan.
6. Kreativitas
Bisnis C2C memiliki saingan yang sangat banyak dan
ketat, ini menuntut kreativitas kita untuk unggul dan muncul dengan wajah
berbeda dari pada penjual lainnya. Bagaimana caranya?
Dengan
menerapkan creative thinking, berpikir terbuka dan selalu mencari cara untuk
tampil beda. Misalnya menawarkan sesuatu yang tidak dimiliki kompetitor. Bisa
menyangkut harga, diskon, bonus, pelayanan, garansi, keunikan produk, kualitas
dan lain sebagainya.
7. Mentalitas
Kunci
terakhir suksesnya bisnis C2C yaitu mentalitas pelakunya. Persaingan
yang ketat menuntut penjual harus tahan banting dan memiliki mental berbisnis
yang kuat. Agar unggul dari yang lain, pelaku C2C harus memiliki integritas,
kejujuran, tekun serta kerja keras.
Tunggu
Apalagi? Konsultasikan segera kebutuhan digitalisasi anda bersama https://www.depokwebsite.com/
KONSULTASI
GRATIS
0857-7612-5559
CS 1
0858-9165-8512
CS 2
0882-9037-8482
CS 3
Alamat
Kantor :
CQCH+VMQ,
Jl. Terapi Raya, RT.03/RW.19, Menteng, Kec. Bogor Bar., Kota Bogor, Jawa Barat
16111
.png)
Komentar
Posting Komentar